Jumat, 04 April 2014

Recehan untuk Indonesia, Meluruskan Niat Berbagi

Para Pendiri dan Penggerak Recehan untuk Indonesia. /Foto: Etty Soefiany Widiana
CIKAL-BAKALNYA ialah perasaan risih saat mengetahui bahwa komunitas sosial mengutip dari dana yang diperolehnya untuk biaya operasionalnya. Jadi, sedekah orang tidak seratus persen sampai ke tujuannya, karena dipotong buat biaya operasional untuk penyampaian dana itu.

Tunggu, jangan salah paham dulu. Biaya operasional yang dimaksud di sini ialah biaya yang digunakan oleh anggota komunitas untuk biaya operasionalnya pribadi, misalnya, makannya, merokoknya, minumnya, ongkos dari rumah ke lokasi acara, dan bahkan uang saku, pada saat mengelola atau menyampaikan sedekah tersebut. Itu maksudnya.

Penandatanganan Sertifikat Peresmian Recehan untuk Indonesia. /Foto: Thamrin Mahesarani
Memang, bahkan dalam agama ada aturan bahwa ada bagian untuk amil zakat dari jumlah zakat atau sedekah yang dikelolanya. Tapi kalau mengingat bagaimana Rasulullah, sebagai pemimpin, bahkan mau berjualan di pasar untuk menafkahi diri dan keluarganya, kok rasanya jadi tipis betul rasa ikhlas kita dalam beribadah, dan berbuat untuk masyarakat. Sehingga, muncul pertanyaan: Jadi, mendirikan komunitas sosial itu untuk melakukan bakti sosial atau mencari nafkah dengan menjadi pekerja di kegiatan sosial?

Sedekah Jalanan, sarapan untuk penyapu jalan. /Foto: Thamrin Mahesarani
Maka, didirikanlah Recehan untuk Indonesia, pada hari Minggu, 2 Desember 2012, oleh 9 orang yang merasa diri perlu berbakti sosial dengan cara yang benar, sebagai wadah untuk menyalurkan zakat dan sedekah, sembari mengajak teman, kerabat, dan siapa pun, untuk ikut andil dalam kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan, dengan jaminan bahwa zakat atau sedekahnya akan tersampaikan 100%. Karena semua biaya operasional untuk pengelolaan dan penyampaian zakat atau sedekah itu, ditanggung oleh penggerak Recehan untuk Indonesia - selaku penyelenggara acara. 

Recehan untuk Indonesia namanya... 
Makan siang buat keluarga pengemis Jumat. /Foto: Thamrin Mahesarani
Mengapa Recehan untuk Indonesia? Mengapa harus recehan pada nama itu? "Karena recehan adalah mata uang yang seringkali dianggap kecil, bahkan tak berharga, sehingga dibiarkan tercecer di mana-mana seperti sampah. Bahkan di jalanan sering kita lihat ada uang recehan tergeletak tanpa ada yang berminat memungutnya, sampai akhirnya hancur digilas mobil-mobil. Mengapa? Karena nilai recehan itu bahkan tak mencukupi untuk membeli sebutir permen, walaupun label-label harga masih ada yang menyantumkan nilai itu di belakang nilai besarnya, Rp. 75.100,- misalnya," jelas Justina Ratnawati, yang salah seorang dari 9 pendiri dan penggerak komunitas ini.

Jatah makan siang buat penjual buah keliling. /Foto: Thamrin Mahesarani
Koin pecahan Rp. 100,- misalnya. Apa yang bisa kita beli dengan uang Rp. 100,- sekarang ini? "Nah, itu sebabnya kita sering melihat koin Rp. 100,- tergeletak merana di jalanan, dan hancur digilas oleh mobil-mobil yang melintas. Sekarang, mari kita buat hitung-hitungan sederhana. Apa yang akan kita dapat kalau seluruh rakyat Indonesia, yang kita asumsikan berjumlah 300 juta orang, setiap hari menyerahkan Rp. 100,- kepada kami?" ujar Justina Ratnawati, "Itu artinya kami punya dana sebesar Rp. 30 miliar setiap hari, yang bisa kami salurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dan belum dibantu oleh pihak lain maupun pemerintah."

Dewi, dhuafa dari Bojong Gede, minta bantuan pelunasan biaya melahirkan. /Foto: Thamrin Mahesarani
Slogan Recehan untuk Indonesia ialah: Dengan uang recehan, mari kita hidupkan kembali semangat bergotong royong dalam pribadi dan kehidupan bangsa kita. Sebuah ajakan yang terdengar ringan, kalau kita menganggap bahwa recehan tak penting. "Tujuannya memang supaya orang tergerak buat bersedekah, berbagi, dengan uang receh yang selama ini dianggap tak cukup bernilai," ungkap Etty Soefiany Widiana, penggerak Recehan untuk Indonesia, yang istri salah satu dari 9 pendiri komunitas ini. "Makanya kami selalu mengutarakan jargon kami, yaitu: Bersedekahlah walaupun dengan recehan. Tujuannya, ya supaya orang yang duitnya sedikit jadi tak merasa malu bersedekah dengan uangnya yang sedikit, dan yang duitnya banyak juga tidak keberatan untuk mengeluarkan sedikit kelebihan duitnya," lanjutnya kemudian. 

Baksos Korban Bencana Banjir di Condet, Cililitan Kecil, 2013. /Foto: Thamrin Mahesarani
Langkah langkah bersedekah
Sebagai komunitas gerakan moral, tentu saja Recehan untuk Indonesia punya banyak program bakti sosial yang siap dilaksanakan. Namun karena semua penggerak komunitas ini adalah orang-orang yang punya pekerjaan tetap, dan masih makan gaji, maka kegiatannya pun diatur supaya tidak berbenturan dengan aktivitas cari nafkah mereka. Makanya, kegiatan komunitas ini kebanyakan dilakukan pada hari libur atau seusai jam kerja.

Makan malam buat para penggali kabel. /Foto: Thamrin Mahesarani
Kegiatan pertama komunitas ini, setelah diresmikan berdirinya ialah Sedekah Jalanan, yaitu bersedekah kepada orang-orang yang hidup di jalan, seperti tukang sapu jalan, gelandangan yang sehat maupun yang sakit jiwa, manusia gerobak, pengamen, orang yang membantu mengatur lalu lintas, pedagang kecil - asongan, penjual dengan pikulan, dan sebagainya.

Di sinilah para penggali kabel itu bermalam. /Foto: Thamrin Mahesarani
Kepada mereka diberikan nasi bungkus dan air minumnya. Itu sebabnya penggerak komunitas ini menyempatkan mampir ke warteg pada saat berangkat atau pulang kerja. Supaya kalau di jalan bertemu dengan orang yang layak disedekahi, bisa langsung diberi. Tapi kalau nasi bungkus yang dibawa sudah habis, biasanya diberi uang sebesar Rp. 10 ribu dengan pesan, "Buat beli makan, ya."

Sedekah Jalanan, makan malam buat penggali kabel. /Foto: Thamrin Mahesarani
Bencana banjir membuat komunitas ini harus segera meluaskan jangkauan sedekahnya. Maka pada awal tahun 2013, ketika terjadi banjir besar, Recehan untuk Indonesia segera menghimpunkan dana dari donatur untuk membantu korban banjir. Dan dana yang terkumpul kemudian disalurkan ke dua wilayah yang terkena bencana cukup parah, yaitu ke Condet - Cililitan kecil dan ke Kebon Baru - Tebet.

Baksos Korban Bencana Banjir Kebon Baru, 2013. /Foto: Thamrin Mahesarani
Tak dinyana, di Kebon Baru ini, penggerak komunitas ini bertemu dengan seorang perempuan muda yang sedang hamil tua, yang suaminya tewas saat menjadi relawan pada bencana banjir saat itu. Anaknya 2 orang, akan 3 dengan yang segera lahir. Melihat itu, para penggerak Recehan untuk Indonesia segera mengupayakan bantuan buatnya, dan syukurlah, ada yang bersedia membantunya secara rutin setiap bulan. Maka program kegiatan Recehan untuk Indonesia pun meningkat menjadi 3, yaitu Sedekah Jalanan, Baksos Korban Bencana, dan Menyantuni Anak Yatim, Piatu, dan Dhuafa.

Mencatat data Ela untuk dibantu carikan donatur. /Foto: Thamrin Mahesarani
Bersedekah dengan recehan
Ingin bersedekah dengan recehan tapi tak tahu caranya? Sebenarnya mudah saja. Kumpulkan uang recehan yang Anda miliki di suatu wadah atau celengan, sampai terkumpul cukup banyak. Bila sudah banyak atau penuh celengannya, dan Anda tinggal di Jakarta, Anda bisa menyampaikan langsung kepada penggerak komunitas ini, atau mengundangnya untuk bertemu di suatu tempat.

Menyampaikan sumbangan donatur untuk anak-anak Ela. /Foto: Thamrin Mahesarani
Kalau mau cara yang lebih mudah, Anda bisa menukarkannya dulu ke bank atau toko mart (pada pagi hari), dan kemudian di transferkan ke rekening salah seorang penggerak Recehan untuk Indonesia yang Anda kenal atau yang Anda percayai. Dan dengan demikian, Anda sudah bersedekah atau berbagi dengan uang receh. Mudah saja bukan?

Bekerjasama dengan relawan Kementerian Sosial. /Foto: Thamrin Mahesarani
Tradisi dalam kegiatan Recehan untuk Indonesia ialah, mereka akan mengundang donatur untuk ikut serta dalam kegiatan, supaya bisa turut merasakan bagaimana proses penyampaian sedekahnya itu. "Kami ingin donatur melihat sendiri, merasakan sendiri, bagaimana sedekahnya itu sampai ke tangan mereka yang berhak menerimanya. Mudah-mudahan dengan itu akan menjadi penyemangat supaya dia bersedekah lagi," kata Linda Sahab, yang juga salah satu dari 9 pendiri dan penggerak komunitas ini.

Bekerjasama dengan Yayasan Sayap Ibu Cabang Bintaro. /Foto: Thamrin Mahesarani
"Semakin banyak dan semakin sering dia bersedekah bersama Recehan untuk Indonesia, maka akan semakin banyak pula yang bisa kami bantu, dan dengan itu, otomatis bakal semakin banyak juga pahala yang kami dapat," lanjutnya, religius. Dan memang, apa yang mereka lakukan dengan Recehan untuk Indonesia ini, semata-mata untuk melengkapi peribadatan mereka sebagai hamba Tuhan yang mau bersyukur atas nikmat karunia dan rejeki.

Di bawah guyuran hujan dini hari, bantuan untuk korban banjir di Bukit Duri Tanjakan disampaikan, 2014. /Foto: Thamrin Mahesarani
Anda ingin ikut bersedekah atau berbagi bersama Recehan untuk Indonesia, tapi Anda tinggal jauh dari Jakarta? Kalau begitu, kumpulkan saja uang receh Anda, kemudian tukarkan kalau sudah banyak, dan selanjutnya, carilah orang yang menurut Anda layak dibantu, dan berikanlah sedekah itu kepadanya. Dan Anda tak harus mengatasnamakan Recehan untuk Indonesia pada kegiatan itu.


Menyalurkan bantuan ke tempat pengungsian korban banjir di Kampung Melayu Kecil, 2014. /Foto: Thamrin Mahesarani
Namun akan lebih baik kalau Anda mengajak juga teman atau kerabat, untuk ikut berpartisipasi dengan sedekah recehan itu, supaya bisa lebih banyak yang bisa dibantu. Dan ingat, Anda tidak harus mengatasnamakan Recehan untuk Indonesia pada kegiatan amal itu. Karena kepentingan komunitas ini ialah mengajak buat bersedekah atau berbagi dengan sesama, bukan mengibarkan nama Recehan untuk Indonesia. 

Kumpulkan uang receh dalam wadah, dan tukarkan setelah banyak. /Foto: Thamrin Mahesarani
Yang terpenting...
Dengan uang recehan, mari kita hidupkan kembali semangat bergotong royong dalam pribadi dan kehidupan bangsa kita.

Menyiapkan nasi bungkus buat korban banjir Gudang Peluru, Tebet, dan Jalan Kemuning, Pejaten Timur, 2014. /Foto: Thamrin Mahesarani
Recehan untuk Indonesia ini adalah komunitas gerakan moral, yang mengajak siapa pun untuk bersedekah atau berbagi dengan mereka yang kurang beruntung, sambil turut juga bersedekah atau berbagi - dan bukannya mencari nafkah dari sedekah orang lain.

Tim pelaksana Baksos Korban Bencana Banjir, dibantu adik kelas dari alumni SMAN 79. /Foto: Thamrin Mahesarani
Maka, siapa pun berhak untuk ikut andil dalam kegiatan komunitas ini, asalkan ikhlas bersedekah atau berbagi, baik waktu, tenaga, pikiran, maupun uang/barang.






 
Selesai membuatkan nasi bungkus untuk korban banjir, cari makan malam nasi kucing di angkringan. /Foto: Thamrin Mahesarani


































Hidangan dan lilin peringatan ulang tahun
pertama Recehan untuk Indonesia,
2 Desember 2013. /Foto: Thamrin Mahesarani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar