Minggu, 11 Mei 2014

Berbagi dengan Hati (8)

Bermain bersama anak yatim, menghitung kacang hijau.
MELAMPAUI 7 kali penyelenggaraan santunan buat anak yatim, piatu, dan dhuafa, para penggerak Recehan untuk Indonesia mulai menemukan arah dan tujuan dari kegiatan sosial ini. Hal itu setelah mereka melihat kenyataan bahwa sebagian anak-anak malang itu berada dalam ambang bahaya. Contoh nyata adalah kakak beradik Ana dan Ijul, yang saat ini hanya diasuh oleh neneknya yang sudah sangat tua.


Menyimak Tausiah Ustadzah Maimunah.
Soal pertama yang terlontar dari dalam benak mereka ialah, siapa yang menafkahi kedua anak ini? Apa mungkin Si Nenek masih sanggup mencarikan nafkah buat mereka? Dan akhirnya, bila Si Nenek pun akhirnya meninggal dunia, siapa yang akan mengurus Ana dan Ijul ini? Diserahkan ke panti asuhan? Ya, itu jalan paling mudah. Lalu, di mana kepedulian kita? Apa kita tidak bisa mencarikan pengasuh atau orangtua baru buat anak-anak ini? Dan sedihnya... Ijul dan Ana itu hanya salah satu dari beberapa anak yatim-piatu yang punya nasib serupa.

Habis bermain, semua dapat hadiah.
Itu semua adalah tugas besar yang telah disorongkan ke hadapan para penggerak Recehan untuk Indonesia. Harus mau diterima dan dihadapi, untuk dicarikan jalan keluar. Secara teori, solusi yang ingin diterapkan memang sudah ada. Tapi masalah utamanya ialah pada dana. Karena tanpa dana yang memadai, semua rencana hanya akan tetap berada di atas kertas.

Contoh sederhana dari itu ialah rencana untuk memberdayakan pengasuh anak yatim dan yatim piatu, entah itu ibunya, nenek-kakek, atau kerabatnya yang lain, yaitu dengan menciptakan jalan nafkah supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup si anak dan dirinya. Itu memerlukan modal bukan?

Namun para penggerak Recehan untuk Indonesia berkeyakinan, mereka tidak akan sendirian, "Ini pe-er besar yang harus diselesaikan. Tapi bukan hanya oleh kami, melainkan oleh seluruh unsur bangsa, khususnya masyarakat yang hidup di sekitaran tempat anak-anak malang itu berada. Dan jangan lupa, di atas segalanya masih ada penjamin yang bisa kita harapkan, yaitu Tuhan yang Maha Kaya dan Maha Kuasa. Dia pasti tidak akan membiarkan kami terpuruk tak berdaya menghadapi ini," ungkap Justina, yakin.

"Iya, betul itu, Mbak," dukung Etty, sepakat. "Kita ini punya apa sih buat menyelenggarakan semua ini? Kita kan cuma punya niat, dan keyakinan bahwa Tuhan bakal membantu. Dan alhamdulillah, apa yang kita niatkan ini bisa berlangsung sampai sejauh ini. Semoga Allah membalas semua budi baik para Dermawan Recehan untuk Indonesia dengan sebaik-baik imbalan. Aamiinnn," doanya kemudian, yang diikuti dengan pengaminan dari teman-temannya.

Dalam penyelenggaraan acara santunan buat anak yatim, piatu, dan dhuafa yang ke-8, di Cafe F1, Minggu, 11 Mei 2014, pelaksanaannya agak berbeda. Soalnya penyelenggaraan kali ini ditanggung sepenuhnya oleh seorang donatur yang tak mau disebut namanya. Dia meminta agar dalam penyelenggaraan kali ini diadakan pula permainan atau game-game buat anak-anak serta para tamu yang hadir. Ada hadiahnya? Tentu ada. Namun pada akhirnya semua akan kebagian. Supaya tak ada yang membawa kekecewaan atau kesedihan saat meninggalkan acara.

Ingin kumpul dengan kawan-kawan 
Niat dasar dari donatur utama dalam penyelenggaraan acara santunan ini ialah ingin berkumpul dengan teman-teman lamanya, sambil menyantuni anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa. Maka, para penggerak Recehan untuk Indonesia diamanati buat menyampaikan santunan kepada anak-anak itu, dan juga merancang acara supaya meriah dan penuh kegembiraan. Agar kesedihan yang selama ini meliputi anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa, itu bisa tertebus dalam kemeriahan dan kegembiraan acara kali ini.

Maka disiapkanlah permainan yang memungkinkan untuk melibatkan para tamu dengan anak-anak yang akan disantuni. Permainannya sederhana dan bisa diikuti oleh semuanya, yaitu menghitung kacang hijau di piring kecil dengan menggunakan tusuk gigi. Sulit? Tidak. Tapi tentunya tidak mudah. Maka dipasang-pasangkanlah antara tamu (dewasa) dengan anak yatim.

Mereka harus bekerjasama dalam menghitung kacang hijau itu. Dan hasilnya, luar biasa! Dari 10 pasang peserta permainan, hanya 2 pasangan yang menghitung dengan benar. Padahal sudah diberi kesempatan menghitung dua kali. Masih tetap salah. Namun hal terpenting ialah bukan benar-salahnya dalam menghitung, melainkan interaksi di antara tamu dan anak yatim yang menjadi pasangannya. Itu yang paling penting.

Dan seperti yang telah direncanakan, semuanya mendapat hadiah. Yang menang maupun yang kalah, semua diberi hadiah. Karena tujuan permainan ialah membuat mereka bergembira dalam interaksi dan bekerjasama, bukan sekadar menang atau kalah.

Jalannya acara 
Penyelenggaraan acara kali ini direncanakan berlangsung lebih pagi dari biasanya. Soalnya Ustadzah Maimunah ada undangan di pengajian lain sesudah Dzuhur. Jadi, acara dimulai pada pukul 10. Dan nyaris berantakan. Karena ternyata, pendamping anak-anak yatim hari itu, juga ada jadual pergi ziarah ke makam orangtuanya di Bogor. Maka, ketika pukul 11 anak-anak yatim belum juga hadir, semua penggerak Recehan untuk Indonesia jadi mulai panik. Namun, alhamdulillah, menjelang setengah 12, anak-anak itu akhirnya muncul juga.

Untuk mempersingkat waktu, setelah anak-anak diberi minum, acara segera dibuka dan Ustadzah Maimunah dipersilakan untuk langsung memberikan tausiahnya. Walaupun waktunya agak mepet, tapi Ustadzah Maimunah tetap memberikan tausiahnya dalam durasi seperti biasanya, sekitar 30 menit lebih. Dan seperti biasa pula, selain menasihati anak-anak yatim, para penggerak Recehan untuk Indonesia juga dihadiahi tambahan ilmu dalam bacaan sholat.

Setelah Ustadzah Maimunah usai memberikan tausiahnya, acara dilanjutkan dengan Sholat Dzuhur berjamaah di masjid. Habis sholat, barulah makan siang bersama dilaksanakan. Dan seperti biasa, anak-anak yatimlah yang utama, berikutnya para tamu, dan yang terakhir para penggerak Recehan untuk Indonesia.

Usai makan, sambil menunggu anak-anak yatim dan anak-anak para tamu menikmati es krim sebagai pencuci mulut, Maya memainkan keyboard untuk mengiringi Justina menyanyi, yang kemudian dilanjutkan dengan mengajak semua anak-anak yang hadir di situ agar ikut menyanyikan lagu anak-anak bersama. Acara menyanyikan lagu anak-anak ini diselingi dengan permainan-permainan, dan terus demikian sampai acara ditutup pada pukul 15 tepat.

Usai membagikan goodybag dan santunan, anak-anak yatim itu diantarkan ke bajaj untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Sedangkan para tamu, menggelar acara pembagian doorprize yang memang sudah disediakan oleh donatur utama untuk teman-temannya yang hadir, dan juga buat para penggerak Recehan untuk Indonesia yang bertugas hari itu.

Walaupun tidak semuanya kebagian doorprize, dan seperti biasa, penggerak Recehan untuk Indonesia juga membayar sendiri apa yang dimakan dan diminumnya, namun semuanya merasa apa yang diperoleh pada hari itu terasa nikmat dan berkah.
 




























 










 

 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar