Minggu, 30 Maret 2014

Berbagi dengan Hati (2)

PENYELENGGARAAN santunan buat anak yatim yang kedua ini terasa lebih luar biasa buat penggerak Recehan untuk Indonesia. Karena kebetulan, penyelenggaraan ini hanya berselang sehari dengan kegiatan lain yang lebih besar di TNOL, yaitu Community Gathering TNOL. Dan penggerak Recehan untuk Indonesia juga ikut terlibat dalam acara tersebut, hingga pukul 2 dinihari. Namun berkat kerjasama yang baik antara penggerak Recehan untuk Indonesia dengan komunitas-komunitas yang diajak berkolaborasi, maka pelaksanaan acara menjadi terasa lebih ringan. Selain itu, pengalaman penyelenggaraan sebelumnya juga telah memberi kami banyak kiat, untuk melakukan segala langkah-langkah dengan lebih efisien.

Pukul 11, anak-anak yatim beserta pendampingnya, dijemput dari Jalan Perintis, terusan Jalan J, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Mereka adalah anak-anak dari kawasan yang rutin terendam banjir pada musim penghujan, yang kedalamannya tak kalah dengan pemukiman di wilayah Kampung Pulo. Pemilihan anak-anak yatim dari wilayah ini memang sudah direncanakan sejak awal. Sebab di wilayah ini ada 3 anak yatim yang memiliki hubungan historis dengan Recehan untuk Indonesia, yaitu anak-anak dari Ela dan Almarhum Karno - yang tewas sebagai relawan banjir pada awal tahun lalu, 2013.

Waktu itu, Recehan untuk Indonesia baru saja diresmikan berdirinya, yaitu pada hari Minggu, 02 Desember 2012. Dalam peresmian itu, juga dideklarasikan Komunitas KQ5, yang berfungsi sebagai wadah kegiatan untuk menjadi penyampai sedekah buat orang-orang yang hidup di jalanan, seperti tukang sapu jalan, manusia gerobak, para tunawisma yang tinggal di emperan toko, dan sebagainya, yaitu dengan memberi mereka makan berupa nasi bungkus. Selain itu, Komunitas KQ5 ini juga berfungsi sebagai unit usaha untuk menghasilkan dana buat kegiatan yang digerakkan oleh Recehan untuk Indonesia.

Pada kegiatan awalnya, Recehan untuk Indonesia, mengajak masyarakat untuk bersedekah di jalan, yaitu memberi makan orang-orang yang hidup di jalan. Namun kemudian terjadi bencana pada awal tahun 2013. Banjir melanda Jakarta. Penggerak Recehan untuk Indonesia segera mengajak para donatur untuk membantu korban banjir. Tak dinyana, respons para donatur sangat bangus. Mengingat wilayah yang terendam banjir cukup luas, maka penggerak Recehan untuk Indonesia memutuskan untuk membagi 2 dana yang masuk.

Penyampaian dana yang pertama dilakukan pada hari Sabtu, 19 Januari 2013. Bekerjasama dengan TNOL dan Ikatan Alumni SLTA Se-DKI Jakarta Angkatan '83, baksos untuk korban banjir dilaksanakan di kawasan Condet atau Cililitan Kecil, Jakarta Timur. Esoknya, hari Minggu, 20 Januari 2013, penyampaian sisa dana dilakukan oleh penggerak Recehan untuk Indonesia dan Komunitas KQ5 di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

Karla yang terlahir sebagai yatim....
Saat menyampaikan bantuan buat korban banjir di wilayah Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, itulah para penggerak Recehan untuk Indonesia dan Komunitas KQ5 bertemu dengan Ela di rumah pengungsian, yang sedang hamil tua, dan suaminya - Almarhum Karno - meninggal beberapa hari sebelumnya saat menjadi relawan banjir. Para penggerak Recehan untuk Indonesia segera ambil tindakan untuk membantu. Dan berhasil mendapat bantuan sedekah bulanan buat anak-anak Ela, yang disampaikan dalam bentuk susu, dan pampers. Sayang, bantuan ini kemudian berhenti, karena yang memberi memerlukan dana itu untuk hal yang lain.

Itulah sedikit catatan dari apa yang telah dilakukan oleh para penggerak Recehan untuk Indonesia pada awal-awal terbentuknya. Kisah lengkapnya akan ditulis kemudian, dan akan ditayangkan di blog Recehan untuk Indonesia.

Kembali ke acara santunan untuk anak yatim yang bertajuk Berbagi dengan Hati Bersama Recehan untuk Indonesia. Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, acara diawali dengan Sholat Dzuhur berjamaah di Masjid SMK YMIK. Usai sholat, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Karena ini acaranya untuk anak yatim, ya otomatis yang dapat jatah makan duluan adalah mereka. Setelah semua anak yatim dan pendampingnya mendapatkan konsumsinya, barulah jatah konsumsi buat yang lain dibagikan.

Tausiah Ustadz Babay dan Penampilan Band Anak Mama
Usai makan, Adrianto Kribo - Pengelola Cafe F1, mengajak anak-anak yatim bernyanyi lagu anak-anak. Dengan iringan musik dari keyboard yang dimainkan oleh Adrianti Kribo dan dibimbing oleh Justina, akhirnya anak-anak itu berani memperdengarkan suaranya. Setelah anak-anak itu usai menyanyikan beberapa lagu anak-anak bersama Justina, acara selanjutnya dimulai, yaitu tausiah yang disampaikan oleh Ustadz Babay (Khairul Hadist).

Selesai mendapat pencerahan atau siraman rohani dari Ustadz Babay, anak-anak dan undangan dihibur oleh band indie dari komunitas Forum Musik Indie Indonesia (FORMI). Nama bandnya unik, Anak Mama. Selain membawakan lagu-lagu rohani, Band Anak Mama juga membawakan lagu-lagu anak-anak dengan mengajak serta anak-anak yatim untuk ikut bernyanyi bersama.

Sayang sekali, anak-anak yatim itu harus segera pulang karena ada kegiatan lain yang harus mereka hadiri selepas Ashar. Maka, terpaksa acara disudahi satu jam lebih cepat dari rencana. Angkot yang disewa segera dipanggil untuk mengantarkan mereka kembali ke Jalan Perintis di Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

Acara ditutup dengan membagikan goodybag dan santunan buat anak-anak yatim yang diundang, yaitu 10 orang. Namun karena yang datang ternyata 12 orang, maka goodybag diberikan kepada yang 10 anak yang diundang saja, sedangkan yang 2 orang hanya mendapat santunan dan boneka. Soalnya setiap penyelenggaraan memang telah ditentukan hanya untuk 10 anak. Jadi, goodybag yang disediakan ya hanya sejumlah itu. Sedangkan kalau uang santunan, akan diambilkan dari sumbangan yang diterima pada saat penyelenggaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar