Minggu, 06 April 2014

Berbagi dengan Hati (3)

MENGAJI dan berbagi di hari jadi. Ya, itulah yang dilakukan oleh Ketua Pengurus Majelis Taklim Ar-Ridho pada hari Minggu, 6 April 2014, di kediamannya. Niatnya, sejak awal ialah ingin berbagi dengan anak yatim sambil menggelar taklim, seperti ajakan dari Justina, penggerak Recehan untuk Indonesia, yang juga peserta majelis taklim itu, saat menghadiri taklim pada awal bulan sebelumnya di Masjid SMAN 79 Menteng Pulo, Jakarta Selatan.


Namun ternyata, pada pelaksanaannya hari Minggu kemarin, bukan digelar di Masjid SMAN 79 seperti biasanya, melainkan di rumah Zainal Minang, di Jalan Rasamala II, Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Belakangan baru tahu bahwa taklim kali ini berbarengan dengan peringatan hari lahir Ketua Pengurus taklimnya. Alhamdulillah, momennya jadi pas. 

Boleh dikata, inilah cara bersyukur yang benar karena masih diberi panjang umur, yaitu dengan mengaji dan berbagi dengan anak-anak yatim. Mudah-mudahan Allah SWT mengaruniakan umur yang panjang dalam sehat, dan dikaruniai banyak rejeki yang barokah, serta dimudahkan segala urusan dunia-akhiratnya, kepada yang berulangtahun, aamiinnn....

Sejak pukul 10 anak-anak yatim itu telah datang ke tempat acara, dan langsung diajak ke lantai atas oleh tuan rumah. Karena acara akan dilaksanakan di situ. Ketika TNOL dan para penggerak Recehan untuk Indonesia hadir, peserta taklim masih belum banyak yang datang. 

Setelah menyalami dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada tuan rumah, TNOL menemui anak-anak yatim dan pendampingnya di lantai atas, untuk menyapa dan menghitung jumlah mereka. Terutama buat cari tahu perbandingan mereka. Yang laki-laki berapa orang, dan yang perempuan berapa orang. Soalnya, buat yang perempuan goodybag-nya akan ditambahi dengan boneka.

Ternyata anak yatim yang datang hanya 7 orang - 5 laki-laki dan 2 perempuan, karena yang 3 orang sakit, dan semua yang sakit itu perempuan. TNOL menyampaikan hal itu kepada Justina, yang segera meminta bantuan rekan-rekannya untuk memasukkan boneka ke dalam 5 goodybag buat anak perempuan, dan kemudian memisahkannya.

Saat menyiapkan amplop santunan, Justina bilang bahwa anak yatimnya ada tambahan satu orang, yaitu anak peserta majelis taklim. Waduh, berarti goodybag-nya kurang satu lagi! Tapi alhamdulillah, ternyata malah lebih. Soalnya Novi Harso, yang menyumbang goodybag, menambahkan 6 goodybag lagi hari itu. Berarti ada kelebihan 5 goodybag. Amanlah kalau begitu.
Santunan dipercepat
Jamaah Majelis Taklim Ar-Ridho dan penggerak Recehan untuk Indonesia bersalaman dengan anak yatim. /Foto: Thamrin MahesaraniPenyampaian goodybag dan santunan buat anak yatim. /Foto: Thamrin Mahesarani
Tuan rumah, karena kasihan pada anak-anak yatim yang sudah datang sejak pukul 10, maka meminta kepada para penggerak Recehan untuk Indonesia agar acara santunannya dipercepat, supaya mereka bisa lekas pulang. Para penggerak Recehan untuk Indonesia setuju, dan mengusulkan untuk segera membagikan goodybag serta santunan setelah sholat Dzuhur dan makan siang bersama.
Penyampaian goodybag dan santunan buat anak yatim. /Foto: Thamrin MahesaraniPenyampaian goodybag dan santunan buat anak yatim. /Foto: Thamrin Mahesarani
Maka setelah sholat Dzuhur berjamaah serta makan siang, Ustadz Abu Ridho memimpin doa bersama dan kemudian bersalam-salaman dengan para anak yatim, dan selanjutnya anak-anak yatim itu diajak turun, karena penyerahan goodybag dan santunan dilaksanakan di ruang tamu. Para penggerak Recehan untuk Indonesia yang membagikan goodybag-nya, sedang tuan rumah yang memberikan amplop santunan kepada para anak yatim. Dan ternyata, ada tamu anak terbelakang mental - yang sepertinya sering mampir ke rumah itu. Maka, diberikanlah kepadanya satu goodybag, supaya dia ikut gembira. Berarti goodybag tersisa 4 buah.
Jamaah Majelis Taklim Ar-Ridho. /Foto: Thamrin MahesaraniJamaah Majelis Taklim Ar-Ridho. /Foto: Thamrin Mahesarani
Selesai membagikan amanat kepada anak-anak yatim, acaranya dilanjut dengan foto-foto bersama. Sesudah itu, buru-buru naik lagi ke lantai atas untuk mengikuti taklim. Soalnya sudah terdengar Ustadz membuka taklim. Alhamdulillah, lega rasanya setelah amanat penyampaian santunan buat anak-anak yatim sudah dilaksanakan. Sekarang tinggal mengaji.
Kajian dari Ustadz Abu Ridho
Ustadz Abu Ridho. /Foto: Thamrin MahesaraniJamaah Majelis Taklim Ar-Ridho. /Foto: Thamrin Mahesarani
Pada kesempatan awal menyampaikan kajian, Ustadz Abu Ridho menjelaskan tentang kemuliaan anak yatim. Bahwa Allah memuliakan anak yatim, sehingga barangsiapa yang memuliakan anak yatim maka itu sama artinya dengan memuliakan Allah. Dan karena itu, Allah juga akan memuliakan mereka yang telah memuliakan anak-anak yatim itu.
Penggerak Recehan untuk Indonesia dan jamaah Majelis Taklim Ar-Ridho. /Foto: Thamrin MahesaraniSelanjutnya, Ustadz Abu Ridho meminta jamaah taklim untuk mengeluarkan fotokopi materi bahasan yang dibagikan pada taklim bulan silam. Beberapa orang penggerak Recehan untuk Indonesia, yang baru kali itu mengikuti Taklim Ar-Ridho, langsung berbunyi, "Waduh, tulisannya Arab, ya? Waah... terjemahannya pakai Arab gundul lagi...." Bisa dimengerti keluhan mereka itu. Soalnya, membaca hadits dalam bahasa Arab saja sudah jadi soal yang lumayan bikin grogi, ditambah lagi terjemahan haditsnya - walaupun dalam bahasa Indonesia, tapi - ditulisnya dengan hurup Arab gundul!
Lebih tegang lagi, Ustadz Abu Ridho meminta beberapa jamaah untuk membacakannya. Pasti banyak yang deg-degan takut kena tunjuk. Belakangan, setelah kesepuluh hadits habis dibacakan, barulah Ustadz bilang bahwa tak mungkinlah ia mempermalukan jamaahnya, dengan menyuruh yang belum bisa baca.
Kajian hari ini merupakan lanjutan dari kajian bulan silam yang belum rampung dikupas, yaitu mengenai keutamaan ilmu dan ulama. Ustadz menggaris bawahi bahwa menuntut ilmu adalah amat penting. Karena tanpa ilmu, apa pun yang dilakukan akan menjadi tidak bermanfaat. Maka, Ustadz Abu Ridho menegaskan, "Menuntut ilmu itu wajib hukumnya. Buat semua orang. Tapi bahwa akhirnya kita menjadi pintar atau tidak, itu bukan hal penting, dan semestinya tak membuat kita jadi berhenti menuntut ilmu."
Ya, memang. Tanpa ilmu kita ini bisa apa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar