Minggu, 27 April 2014

Berbagi dengan Hati (6)

Justina mengajak anak yatim bernyanyi bersama. Sementara Aulia 'bahagia'
dengan mikrofon di tangannya, dan si Kucing tidur dengan damainya.
KITA bisa membeli kegembiraan, namun kita tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan. Tapi kalau kita mau membelikan kegembiraan buat anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa, kebahagiaan itu pasti juga akan terbeli oleh kita. Anda percaya? Yakinlah, memang banyak orang yang tak percaya akan hal itu, karena mereka belum pernah melakukannya untuk membuktikannya. Anda ingin membuktikannya? Silakan. Namun sebelumnya, ada yang wajib Anda ketahui. Sederhana saja. Yang pertama, bahwa Anda tak harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah buat membelikan anak yatim, piatu, dan dhuafa, itu, kegembiraan. Yang kedua, berikan langsung kepada anak itu, dan perhatikan bagaimana mereka menerimanya. Yang ketiga, lakukanlah dengan niat tulus ikhlas atas dasar kasih sayang dan hanya mengharapkan ridho dari Tuhan yang Maha Kuasa, serta lupakan bahwa Anda hanya ingin membuktikan apa benar Anda akan menemukan kebahagiaan dengan membelikan anak yatim, piatu, dan dhuafa, kegembiraan. Yang terakhir, bayangkan seandainya anak itu adalah Anda sendiri, atau anak kesayangan Anda.

Para penggerak Recehan untuk Indonesia bersama anak yatim, piatu, dan
dhuafa, serta keluarga Meidy-Meity yang mendampingi anak-anak itu.
Orang yang tidak percaya pada adanya Tuhan, pasti tak akan percaya kepada apa pun yang sifatnya immaterial. Tapi orang yang percaya adanya Tuhan, pasti yakin bahwa Tuhan akan selalu mengasihi semua orang, bahkan kepada mereka yang tidak mempercayai ada-Nya. Dan orang yang percaya pada adanya Tuhan, dan patuh pada-Nya, pasti meyakini bahwa silaturahim membawa banyak kebaikan untuk yang melakukan. Panjang umur, rejeki, ilmu, dan masih banyak lagi. Jadi, apa manfaat bersilaturahim dengan anak yatim, piatu, dan dhuafa? Pastinya adalah kita akan melihat, dengan hati, dengan perasaan, bahwa kita sebenarnya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Selanjutnya, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Ada lima anak yatim piatu di antara 10 anak yang dihadirkan oleh
Recehan untuk Indonesia, guna diberi santunan.
Pada hari Minggu, 27 April 2014, Recehan untuk Indonesia telah 6 kali menyelenggarakan kegiatan menyantuni anak yatim, piatu, dan dhuafa. Dan seperti biasa, 10 anak yatim maupun yatim piatu, diajak bersilaturahim di Cafe F1 di Jalan Manggarai Utara Blok F No. 1, Jakarta Selatan. Di tempat itu, mereka diajak sholat berjamaah di masjid, lalu makan siang bersama, kemudian diberi nasihat oleh Ustadz atau Ustadzah, selanjutnya diajak bergembira dengan bernyanyi-nyanyi bersama, dan sebelum pulang, mereka diberi goodybag serta uang santunan. 

Telah 75 anak yatim, piatu, dan dhuafa yang tersantuni 
Membangkitkan kegembiraan pada anak-anak yang sadar bahwa dirinya
tak lagi memiliki ayah atau bahkan orangtua, semestinya dimulai dengan
senyum tulus, meski sambil menahan rasa sendu.
"Bukan bermaksud menghitung-hitung," ungkap Justina, "tapi nggak nyangka aja kami bisa berbuat sampai sejauh ini dalam kegiatan sosial ini. Maha Besar Tuhan yang telah memberi kami kepercayaan sehingga bisa menunaikan amanat untuk menyantuni anak yatim sampai 75 anak. Dan setidaknya, sedekah sebesar Rp. 12 juta lebih, yang telah kami salurkan melalui 6 kali penyelenggaraan acara santunan ini," jelasnya kemudian.

Ibu Gilang meninggal tiga hari yang lalu, membuatnya jadi anak yatim piatu,
sehingga amat sulit untuk membuatnya bisa ikut bergembira.
Untuk itu, Etty mengucapkan, "Terima kasih sekali kepada para Sahabat Dermawan yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan kami ini. Hanya Tuhanlah yang paling tahu, anugerah apa yang layak diberikan kepada mereka, sebagai imbalan kedermawanan mereka. Semoga kegembiraan anak-anak yatim itu, juga menjadi gerbang keberkahan dan kebahagiaan bagi semua yang telah ikut terlibat dalam acara ini. Aamiinnn...." 

Nyanyian Aulia, Tangis Sabitha, dan Kesedihan Gilang 
Aulia gembira bernyanyi-nyanyi di pangkuan Etty.
Indikasi bahwa anak-anak yatim itu gembira ialah karena Aulia mau menyanyi! Aulia ini adalah gadis kecil, yatim, yang dikenal sulit diajak berkomunikasi. "Dia jarang mau ngomong kalo di rumah," tutur Meity, yang mendampingi anak-anak yatim kali ini. "Makanya saya heran banget kok dia malah mau nyanyi-nyanyi di sini." Apa karena dia diperlakukan istimewa oleh Justina dan Etty, yang memeluk dan memangkunya bergantian hampir di sepanjang acara? Bisa jadi. Namun yang jelas, gadis kecil yang akan masuk SD itu terlihat sangat bahagia, sehingga semua lagu yang dinyanyikan oleh Justina atau temannya ia ikuti, biarpun seringkali salah-salah liriknya.

Kontradiksi Aulia yang gembira bernyanyi-nyanyi dan Sabitha yang terus
bersedih - di pangkuan Meity.
Hal sebaliknya, justru terjadi pada anak yang lainnya, yaitu Sabitha. Gadis kecil, yatim piatu, yang seusia dengan Aulia ini, sejak pertama datang, hampir selalu menutup muka dan matanya dengan kerudungnya, dan menangis. Dari Meity diperoleh keterangan bahwa Sabitha memang selalu begitu apabila melihat Ibu-ibu, karena ibunya baru 3 bulan yang lalu meninggal dunia. Jadi, di sepanjang acara dia terus dipeluk dan dipangku oleh Meity.

Ustadz Babay menyampaikan santunan kepada Gilang.
Para penggerak Recehan untuk Indonesia berjuang sekuat tenaga agar bisa menyembunyikan rasa sedih mereka, supaya bisa menggembirakan anak-anak yatim ini. Karena dalam penyelenggaraan kali ini, ada 5 anak yang berstatus yatim piatu, mereka adalah Sabitha yang terus bersedih itu, juga ada Gilang - anak laki yang selalu diam merunduk, serta Ana, Fahri, dan Dinda. Kesedihannya mungkin lebih hebat dari Sabitha, karena baru 3 hari yang lalu ia ditinggalkan ibunya, yang menjadikannya anak yatim piatu, namun dia terlihat lebih kuat menghadapinya.
 
Ria memakaikan tas punggung (goodybag) kepada Aulia.
Hal-hal itulah yang membuat penyelenggaraan acara santunan buat anak yatim jadi terasa berat, namun selalu melegakan pada akhirnya - ketika melihat cahaya kegembiraan memancar dari mata anak-anak itu. Dan cahaya itu, pada akhirnya juga menyemburat dalam mata Sabitha dan yang lain, ketika para penggerak Recehan untuk Indonesia menyampaikan goodybag serta amplop santunan kepada mereka, seraya mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.

Tidakkah Anda ingin mengalami apa yang para penggerak Recehan untuk Indonesia itu rasakan? Kalau saja Anda tahu betapa hebatnya perasaan itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar