Minggu, 23 Maret 2014

Berbagi dengan Hati (1)

INI merupakan awalan dari langkah-langkah Recehan untuk Indonesia dalam upaya mewujudkan misinya menjadi komunitas yang mampu menggerakkan orang atau kelompok lain untuk ikut terlibat dalam kegiatan sosial yang diselenggarakannya. Karena gotong-royong akan membuat suatu pekerjaan menjadi ringan. Dan itu merupakan cara hidup bangsa Indonesia yang segara akan punah bila tak ada yang berusaha menjaganya agar tetap hidup. Maka pada hari Minggu, 23 Maret 2014, sebuah acara yang mengusung tema "Berbagi dengan Hati bersama Recehan untuk Indonesia", dilaksanakan di Cafe F1, di bilangan Jalan Maggarai Utara Blok F-1, Jakarta Selatan.

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, cuaca pada hari Minggu kemarin sungguh sangat bersahabat. Langit selalu mendung, sehingga udara terasa sejuk, dan hujan ringan turun di saat Ustadzah Maimunah sedang memberikan tausiah, sehingga disambut oleh ungkapan syukur dari Ustadzah dan penyelenggara acara - alhamdulillah. Padahal pada hari Sabtu cuaca Jakarta sangat panas, sehingga sempat membuat khawatir pelaksana acara. Kasihan anak-anak yatim yang akan disantuni, mengingat tempat acara berada pada posisi diapit jalan. Jadi, pasti akan panas sekali kalau mataharinya garang seperti hari Sabtu.

Acara berlangsung seperti yang sudah direncanakan, yaitu semua peserta acara hadir di tempat acara pada sekitar pukul 11. Kemudian acara dimulai dengan sholat Dzuhur berjamaah di masjid. Usai sholat barulah acara selanjutnya dilaksanakan, yaitu makan siang bersama, terutama yang didahulukan adalah untuk anak-anak yatim. Soalnya, tamu kehormatan dalam acara ini adalah mereka. Jadi, yang lain harus bersabar sebentar.

20 Anak Yatim
Acara yang diharapkan akan dapat menjadi kegiatan rutin ini, diselenggarakan dengan kerjasama beberapa komunitas, yaitu komunitas Recehan untuk Indonesia - sebagai komunitas gerakan moral dan penggagas acara, Komunitas KQ5 (kakilima), Komunitas Alumni SLTA DKI Jakarta, komunitas Alumni SMPN 3 - Manggarai, dan Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun. Di kemudian hari, diharapkan acara ini akan melibatkan semakin banyak komunitas pada setiap penyelenggaraannya.

Rencananya, dalam acara ini akan disantuni sebanyak 10 anak yatim. Dengan maksud, agar biaya yang harus dikeluarkan pada tiap penyelenggaraan tidak terlalu besar, sehingga banyak donatur yang bisa ikut ambil bagian. Selain itu, Recehan untuk Indonesia juga menyiasatinya dengan membagi biaya acara dalam 4 bagian, yaitu dana untuk amplop santunan buat anak yatim, piatu, dan dhuafa yang nilainya Rp. 500 ribu yang dipecah untuk 10 amplop, dana untuk konsumsi 10 anak sebesar Rp. 150 ribu, dana pengadaan 10 goodybag yang berupa peralatan sekolah (tas dan alat tulis lengkap) senilai Rp. 750 ribu, serta biaya transportasi 10 anak ke lokasi acara maksimal Rp. 200 ribu (untuk sewa angkot). Berdasarkan itu, total dana yang dibutuhkan pada tiap penyelenggaraan adalah sebesar Rp. 1,6 juta.

Namun pada penyelenggaraan perdana ini justru terjadi 'kecelakaan'. Sebab, karena terjadinya miskomunikasi pada waktu mengundang, telah menyebabkan datangnya 2 kelompok anak yatim, piatu, dan dhuafa yang akan disantuni, sehingga menjadi 20 anak. Sudah pasti hal itu membuat pelaksana acara jadi panik. Soalnya, kebutuhan yang disiapkan pada acara hanya untuk 10 anak. Khususnya goodybag, yang memang disiapkan untuk per penyelenggaraan saja, yaitu 10 goodybag. Dan sangat tak mungkin untuk mengadakan goodybag secara mendadak. Kalau untuk yang lainnya, uang santunan, biaya makan, dan lain-lain, itu bisa ditanggulangi oleh pelaksana acara, minimal dengan patungan.

Akhirnya, setelah bermusyawarah, disepakati bahwa anak-anak yang datang di luar jadwal akan tetap diberikan haknya atas santunan dan makan siang. Sedangkan goodybag yang tersedia, akan diberikan kepada 10 anak yang memang didatangkan untuk acara hari ini. "Alhamdulillah, ini adalah cara Tuhan mengajari kami cara melakukan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Supaya kami lebih berhati-hati dan tetap berlapang hati dalam menghadapi setiap kendala yang merintangi. Sebab, jalan kepada kebaikan itu memang tidak mudah," ungkap Justina, salah seorang penggerak Recehan untuk Indonesia.

Tausiah Ustadzah Maimunah dan Lenong Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun
Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini, sesungguhnya bukan hanya untuk menyantuni anak yatim, piatu, dan dhuafa saja, tapi juga untuk memberi pencerahan kepada para donatur, keluarganya, serta undangan dan keluarganya, yaitu dengan hadir dalam satu lingkup bersama para anak yatim, piatu, dan dhuafa itu, agar bisa melihat mereka, bersilaturahim dengan mereka, mengungkapkan rasa kasih pada mereka, dan memperoleh siraman rohani bersama. Sebab penggerak Recehan untuk Indonesia menginginkan agar para donatur berinteraksi secara langsung dengan anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa yang disantuninya. 

"Supaya mereka bisa melihat sendiri bagaimana reaksi anak-anak itu saat menerima santunan darinya," ujar Etty, penggerak Recehan untuk Indonesia lainnya. "Soalnya, di situlah arti pentingnya sedekah," lanjutnya.

Dalam tausiahnya, Ustadzah Maimunah memuji dan mendoakan para penggerak Recehan untuk Indonesia agar senantiasa diberi kekuatan untuk melaksanakan tugas mulianya. 

"Karena menjadi orang yang mengajak kepada perbuatan baik hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mendapat bimbingan dan kekuatan dari Allah. Sebab itu bukan pekerjaan yang ringan. Bisa penuh oleh rintangan dan fitnah. Jadi, semoga Allah senantiasa menjaga, membimbing, dan memberi kekuatan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu di Recehan untuk Indonesia ini."

Sedangkan Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun, dalam lenong yang mereka lakonkan menyampaikan pesan moral kepada yang hadir di acara, agar tidak sombong dan pelit kalau dikaruniai kekayaan oleh Tuhan. Lenong yang dialognya kaya oleh saling balas pantun itu, menjadi seru karena penonton ikut-ikutan berkomentar ini itu, sehingga terkadang terjadi dialog antara penonton dan para pelenong. Sungguh menyegarkan suasana.

Dari apa yang disampaikan oleh Ustadzah Maimunah dan Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun lewat lenong, semua yang hadir seolah diingat bahwa berbagi dengan sesama yang kurang beruntung adalah tugas yang Tuhan amanatkan kepada mereka yang diberi kelimpahan rejeki. Maka berbagilah. Karena memang ada hak orang-orang itu di dalam kekayaan kita.

Giliran Makan dan Karaokean
Selepas Ashar, setelah santunan disampaikan dan goodybag dibagikan, serta anak-anak yatim pamit pulang, barulah para peserta acara yang lain mendapat giliran makan, termasuk Ustadzah Maimunah. Para penggerak Recehan untuk Indonesia sendiri mendapat giliran yang paling akhir. Namun semua merasa senang dan puas dengan jalannya acara. Biasanya, orang mengibaratkan dengan bisul yang telah pecah. Lega rasanya...!

Sesudah kenyang menyantap hidangan dari Ayam Polez di Cafe F1, acara dilanjutkan dengan berkaraoke. Siapa saja boleh menyanyi. Dan tak dinyana, ternyata suara anak-anak Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun patut diacungi jempol.

Bisul yang kemarin sudah pecah, tapi akan ada bisul lagi minggu depan, yang akan digelar pada hari Minggu, 30 Maret 2014, juga di Cafe F1. Anak-anak yatim yang akan disantuni sedang dicari dari tempat yang lain, dan berbagai kebutuhan untuk penyelenggaraan acara pun sedang disiapkan, khususnya goodybag. Semoga Tuhan tetap memberikan kekuatan dan bimbingan-Nya kepada penggerak Recehan untuk Indonesia buat melaksanakan misi-misi kemanusiaannya bagi Indonesia....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar